-->

Indahnya Kraton Masjid Agung Sumenep, Madura

Masjid Agung Keraton Sumenep adalah salah satu masjid tua di Indonesia yang memiliki makna filosofis di setiap detail dan sejarah bangunannya. Masjid ini terletak di pusat kota Sumenep, kabupaten paling timur di Pulau Madura, Jawa Timur.

Masjid yang dulu bernama Masjid Jami’ dan merupakan masjid Keraton Sumenep ini menggabungkan berbagai unsur budaya dalam rancang bangunnya, diantaranya Persia, Arab, India, Cina, dan Jawa. Pola ekletis ini seperti merepresentasikan keberagaman etnis yang tinggal di pulau penghasil garam tersebut.

Pengaruh unsur Arab dan Persia dapat terlihat pada peletakan kubah kecil di atap bangunan di sisi kanan dan kiri halaman masjid. 

Indahnya Kraton Masjid Agung Sumenep, Madura
Masjid Sumenep 

Warna-warna kontras yang memadukan merah, hijau, dan emas pada beberapa detail elemen ukir mengingatkan pada gaya ornamen negeri Cina.

keraton sumenep Adapun pengaruh budaya lokal, dalam hal ini gaya khas arsitektur Jawa, dapat dilihat dari bentuk atap bergaya tajug kerucut lancip menjulang tinggi. Atap model ini banyak diterapkan pada bentuk-bentuk candi kuno warisan peradaban Jawa.

Bagian utama masjid dilengkapi tujuh pintu, masing-masing berukuran tiga meter. Enam jendela yang masing- masing berukuran dua meter membuat pencahayaan alami dari luar dapat menerobos bebas ke dalam masjid. Dengan begitu, suasana dalam ruang lebih sejuk.

Keistimewaan terlihat pada bagian mihrab yang diapit oleh dua relung dan dilapisi keramik Cina. Ukiran pahat batu berupa bunga berwarna merah dan emas semakin mengentalkan nuansa Cina. 

Tepat di atas imam terdapat hiasan pedang. Dahulu ada dua pedang di sana, pedang perak Arab dan Cina. Sayangnya, pedang Cina tersebut hilang.

Masjid Agung Keraton Sumenep yang ada saat ini merupakan pengganti Masjid Laju yang pada tahun 1 193 dinilai kurang luas untuk menampung jamaah. 

Kala itu keraton dipimpin oleh Panembahan Somala atau dikenal juga dengan nama Panembahan Asiruddin.

Pengaruh kuat Cina dalam arsitektur masjid juga memiliki kisah menarik. Kala itu Panembahan Somala melakukan shalat istikharah dan mendapat petunjuk ada tukang keturunan bangsa Cina yang terdampar di pesisir Desa Pasongsongan.

Setelah dicari, ternyata informasi itu benar. Salah seorang tukang di desa tersebut adalah keturunan Cina. Tukang tersebut bernama Lauw Phia Ngo, cucu Lauw Khun Thing, satu dari enam pemuda asal Cina yang terdampar di Pasongsongan. Mereka melarikan diri dari daratan Cina akibat perang besar.

Panembahan Somala pun meminta Lauw Phia Ngo untuk membubuhkan ekspresi seni pada bangunan masjid. Lauw Phia Ngo lalu membangun pintu gerbang dengan mengadopsi arsitektur dari berbagai bangsa. Pintu gerbang utama masjid dibangun mirip kelenteng. 

Ada cungkup utama di atas bangunan yang menurun pada sisi kanan dan kirinya, mirip lekukan Tembok Cina.

Pintu gerbang tersebut salah satu karya Lauw Phia  Ngo yang banyak memberi pengaruh pada bangunan masjid secara keseluruhan. Oleh karennya, mengunjugi Masjid Agung Keraton Sumenep merupakan wisata religi yang dapat memuaskan dahaga sejarah.